Rabu, 23 Maret 2016

Meluapkan Segala Kebencian Begitulah Mati Dengan Kebebasan

Seperti kata Pram
Aku ingin menjadi manusia bebas
Tidak diperintah dan tidak memerintah

Semasa kecil
Aku suka bermain ke sana dan ke mari
Hingga suara adzan magrib berkumandang
Yang artinya aku melewatkan jadwal untuk mengaji

Pulang ke rumah dengan detak jantung berpacu cepat
Bapak selalu siap di depan rumah dengan rotannya
Aku dihajar
Sejak saat itu aku mengenal rasa benci
Aku benci bapakku
Sendiri

Jikala ibu-ibu sedang berkumpul
Apalagi yang digunjingan kalau tidak tetangga sendiri
Begitu pula dengan ibukku
Sialnya dia merendahkan anaknya sendiri
Aku
Sejak itu aku mengenal rasa iri
Iri pada anak sebayaku

Teman-temanku
Selalu mengejekku karena aku kurus
Hitam legam
Sejak saat itu aku mengenal rasa dendam
Dendam pada teman-temanku

Beranjak dewasa
Teknologi semakin menggila
Orang-orang hanya ingin menundukkan kepala
Demi sebuah komunikasi dari siapa entah di mana

Atau tentang pasukan dengan selongsong senapan
Yang selalu bertintdak bak ksatria
Di jalanan kota dengan tank-tank baja
Atau dengan sepatunya di kepala para rakyat jelata

Sejak saat itu aku benci dunia

Dan saat ini
Saat-saat hujan turun
Membasahi apa saja yang tak terlindungi atap
Saat mataku sayu memandangi matahari senja

Aku ingin kamu di sini

Bercerita tentang indahnya dunia
Tentang bagaimana manusia memanusiakan manusia

Aku ingin kamu di sini

Bercerita tentang aku di matamu
Hingga aku sadar
Bahwa aku juga berhak untuk membenci diriku sendiri

Karena di saat dulu
Bersamamu
Aku menghabiskan waktu dengan kata-kata kosongku
Yang tak bermakna
Seperti bapakku
Ibukku
Teman-temanu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar