“Suatu hari nanti anak
cucu kita akan menganggap kunang-kunang adalah hewan mitologi”
Di atas kakus aku
melihat senyum lebar Walikota Malang di sebuah surat kabar harian, dengan
bangga dia mengenalkan ke masyarakat proyek baru untuk menghiasai wajah kota
Malang agar terlihat indah. Proyek baru itu dia namai taman kunang-kunang.
Begitu mulia mimpinya, karena di jaman seperti sekarang ini, aku jarang
menemukan hewan dengan keunikan kelap-kelip cahaya yang keluar dari tubuhnya.
Ya, aku jarang menemukan kunang-kunang, kalau pun melihatnya, pemandangan itu
aku dapatkan jauh dari pusat kota. Namun alangkah tinggi imajiku, jika aku
dapat melihat kunang-kunang di pusat kota. Proyek yang dinamai kunang-kunang
tak lebih hanya sebuah lampu kelap-kelip yang entah itu mirip kunang-kunang
atau warung remang-remang.
Aku yakin bapak
Walikota yang bersahaja tahu bahwa untuk mengundang kunang-kunang datang tak
perlu dengan menancapkan beton di sebuah taman, yang malah akan menambah titik
banjir Kota Malang. Kunang-kunang adalah salah satu indikator udara dan air
bersih. Oh bapak Walikota yang senyumnya semanis jenang grendul, bapak yang
ingin mengundang kunang-kunang, ketahuilah wahai bapak, jika di kota malang ini
masih banyak pemuda-pemudi yang masih sadar akan kebersihan lingkungan. Kalau
pun hamba yang orang pribumi asli, yang sering dianggap bodoh dan sering
membuat onar ingin memberi saran. Semoga saran ini sampai ke telinga sampeyan.
Wilayah Kota Malang
cukup luas, untuk saat ini masih banyak lahan-lahan entah milik siapa yang
berpotensi untuk dijadikan sebuah taman. Sebuah taman yang memang untuk publik,
benar-benar untuk publik. Yang bukan semua taman bertempel sebuah logo produk
tertentu, yang tidak ada pengelola tunggal. Karena apa bapak Walikota, taman
yang sudah bapak bangun selalu ada logo produk, selalu ada yang mengaku sebagai
pengelola, di mana ruang publiknya bapak?, hingga kami yang ingin menanam di
taman tersebut harus kejar-kejaran agar tanaman kami tidak dianggap sampah lalu
dibuang. Atau kami yang ingin berkegiatan
tertentu harus berpikir lebih untuk mendapat surat ijin dari dinas terkait.
Bapak Walikota, bapak
membangun ruang publik haruskah menimbang aspek keuntungan?. Sudikah bapak
untuk menyediakan lahan yang cukup luas untuk kita kelola. Sungguh bapak akan
mendapat ganjaran luar biasa banyaknya dari Gusti Allah. Biarkan aku yang
jomblo tapi berguna ini berkreasi, bapak. Sediakan lahan, di mana aku dan
teman-teman bisa membuat taman yang indah, yang membuat kunang-kunang tak segan
datang. Kami bisa menanam di sana, berkegiatan tanpa harus kucing-kucingan.
Meskipun taman kami nanti tidak seindah taman Asoka, tidak seindah taman buatan
Rahwana. Tapi percayalah duhai bapak. Kami akan membangun taman yang tak kalah
indah dari taman kunang-kunang bapak. Kami tak butuh lampu warna-warni, kami
hanya butuh tempat untuk berkreasi. Coba bayangkan, jika di taman tersebut ada
anak-anak kecil yang tidak hanya bermain, tapi melakukan kegiatan yang
menampung imajinasi mereka, ada para pemuda-pemudi yang berkreasi saling
bertukar ilmu yang tidak dapat mereka dapatkan di kelas yang bapak sendiri
tahu, untuk masuk kelas tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di taman
tersebut ada bangunan kayu yang diperuntukan untuk sebuah perpustakan umum. Ada
beberapa kandang rumah bagi
hewan, kolam kecil, sungai yang bersih untuk saluran irigasi tanaman. Ada pun
kegiatan mengolah hasil tanaman atau sayuran dari taman tersebut yang juga
dilakukan di taman tersebut. Coba bayangkan bapak, kalaupun ide ini terlalu
mustahil bagi sampeyan, jangan lagi membayangkannya. Kumpulkan keberanian bapak
untuk mewujudkan taman tersebut. Biarkan kami yang melakukan. Bapak istirahat
saja berkumpul dengan keluarga.
Tapi jika, ini hanya
seandainya, andai kata, bapak. Taman itu memang terwujud, sudikah bapak untuk
tidak mengklaim taman tersebut sebagai taman hasil kerja keras bapak, sebagai
taman milik pemerintah. Karena taman itu bukan milik lembaga apapun, bukan
milik perseorangan. Taman itu milik semua orang.
Cukup sekian saran dari
aku.
Jujur saja, aku dibuat
kebingungan akan ke manakah saran ini aku kirim. Jadi untuk mengurangi
kebingunganku, aku tulis saran ini dan aku unggah di blog pribadiku. Harapanku,
ada seseorang yang membaca dan mengatakan langsung kepada bapak. Karena aku
yang hanya mahasiswa semester akhir cukup sadar diri, harus banyak tangan yang
harus aku lewati sekedar bersalaman dengan bapak.
Untuk siapa pun kamu
yang membaca tulisanku ini dan yang mempunyai akses untuk bersalaman dengan
bapak Walikota Malang. Tolong sampaikan saranku kepada beliau. Matur nuwun.